Di Nusantara ini, terdapat ratusan bahkan ribuan jenis ilmu kanuragan
(kesaktian), sebagai alat bela diri secara supranatural, seperti tenaga
dalam, dan kekebalan tubuh.
Khusus ilmu kebal, masyarakat suku Banjar, Kalimantan Selatan, mempunyai
beragam jenis ilmu untuk melindungi badan dari berbagai serangan
senjata tajam atau tumpul. Namun dari banyaknya jenis ilmu kebal
tersebut, dapat Ane ringkas dalam 5 (lima) kelompok, sebagai berikut:
DAPATKAN PENGHASILAN TAMBAHAN MINIM RESIKO KLIK DISINI
1. Untalan
Untalan berarti ‘sesuatu yang ditelan’. Maksudnya, untuk memperoleh
kekebalan tubuh, maka seseorang harus menelan sesuatu yang bisa
menyebabkan tubuh menjadi kebal terhadap berbagai jenis senjata.
Untalan itu di antaranya yang paling terkenal adalah ‘minyak bintang’,
dan ‘daun kebal sehari’. Kedua benda ini harus ditelan, karena diyakini
dapat membuat tubuh menjadi kebal. Tentang minyak bintang, sudah Ane
bahas di Misteri Minyak Bintang, dan daun kebal sehari, Ane ulas sedikit di Daun-Daun Mistis.
Selain kedua benda di atas, masih banyak lagi benda lainnya yang jika
ditelan diyakini dapat membawa kekebalan, dan semua benda itu disebut
‘untalan’. Semakin banyak untalan, maka semakin kebal. Ungkapan yang
paling terkenal di masyarakat Banjar adalah ’41 untalan’, yakni telah
menelan 41 macam jenis benda magis, yang diyakini tidak ada titik
lemahnya lagi, alias kebal sempurna.
Kebal dengan untalan ini diyakini awet selama benda yang ‘diuntal’ itu tidak keluar dari dalam tubuh.
2. Rajah/Jimat/Benda Bertuah
Rajah adalah sesuatu yang ditulis (biasanya pakai huruf Arab) pada
badan, atau baju yang dipakai. Sedangkan jimat adalah mirip dengan
rajah, namun ditulis pada kertas, daun atau kulit binatang, lalu
dibungkus dengan kain hitam atau kuning. Sedangkan benda bertuah seperti
cemeti (tongkat kecil yang diisi dengan ilmu kanuragan), keris atau
benda lainnya yang diyakini punya daya magis.
Nah, untuk memperoleh kebelan tubuh, maka rajah, jimat atau benda
bertuah itu harus dibawa atau dipakai, seperti ditaruh di saku,
dijadikan kalung, diselipkan di mulut, dan lain-lain. Pokoknya harus
melekat dengan tubuh. Jika sudah dilepas, maka efek kebalnya pun hilang.
3. Bacaan
Bacaan yakni sesuatu yang dibaca, bisa berupa doa, atau mantra. Doa
biasanya dalam bahasa Arab yang diambil dari ayat-ayat Alquran.
Sedangkan mantara berupa kata-kata yang entah berasal dari mana, bisa
berupa pantun atau kata-kata yang sulit/tidak dipahami maknanya. Contoh
mantara yang paling terkenal adalah Inna Anna Amanna Kaga Papa.
Bacaan tersebut biasanya dibaca ketika keluar rumah untuk berurusan,
atau saat berhadapan dengan musuh. Dengan membaca bacaan-bacaan itu,
diyakini musuh tidak akan mampu melukai tubuh pembacanya. Jadi, doa atau
mantara ini harus dibaca setiap kali berurusan, atau pada setiap
masalah yangdihadapi.
4. Lampahan
Lampahan, atau hasil belampah (bertapa/bersemedi), yakni melakukan
ritual tertentu untuk memperoleh kekebalan tubuh. Misalnya menjalankan
puasa mutih, dan mengamalkan bacaan tertentu selama batas waktu tertentu
dalam jumlah tertentu, dengan berbagai persyaratan dan kelengkapannya.
Jika lampahan dianggap berhasil, maka yang bersangkutan akan memiliki
kekebalan tubuh yang permanen, selama tidak melanggar hal-hal yang dapat
merusak (ruah) hasil lampahan tersebut. Larangan tersebut di antaranya
adalah berzina, berjudi, mencuri dan minum minuman keras. Jika melanggar
hal tersebut, maka kekebalannya langsung hilang.
5. Mandi
Prosesi mandi saat Ane akan bert(s)anding dengan istri.
‘Mandi Kebal’ adalah salah satu cara untuk memperoleh kekebalan, dengan
cara mendatangi seorang guru ‘tukang mandi’ untuk minta dimandikan
supaya kebal. Dalam ritual mandi yang pernah Ane saksikan, persyaratan
dan kelengkapannya adalah: Sebuah piring putih polos, selembar sarung,
sebilah jarum, dan sebiji kelapa muda. Semuanya harus yang baru, dan
ketika beli, harganya tak boleh ditawar.
DAPATKAN PENGHASILAN TAMBAHAN MINIM RESIKO KLIK DISINI
Prosesnya, pertama tukang mandi membuat rajah pada piring putih dengan
menggunakan jarum, lalu dilebur dengan air. Kemudian klien memakai
sarung (tanpa baju dan celana). Sang guru menuangkan air rajah dan air
kelapa muda ke dalam bak air yang telah disiapkan. Dengan posisi
menghadap kiblat, setelah membaca bacaan tertentu, tukang mandi segera
mengguyurkan air tiga kali ke atas kepala, tiga kali ke bahu kanan, dan
tiga kali ke bahu kiri. Selebihnya yang bersangkutan bisa mandi sendiri
untuk menghabiskan sisa air yang ada.
Hasil kekebalan yang diperoleh melalui mandi ini sama dengan hail
lampahan, yakni bisa rusak jika melanggar pantangan. Prosesi ritual
mandi ini berbeda-beda pada setiap guru. Bahkan dikatakan yang paling
ampuh adalah mandi dengan memakai sarung ibu, lalu dimandikan oleh
ibunya sendiri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar