Jumat, 24 Januari 2020

2 Desa di Jateng Pantang Saling Jatuh Cinta Apalagi Sampai Menikah


2 Desa di Jateng Pantang Saling Jatuh Cinta Apalagi Sampai Menikah
Terdapat aturan adat istiadat yang berpantang saling jatuh cinta apalagi sampai menikah bagi warganya antara dua desa di Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah.

Sebuah tradisi adat istiadat turun temurun yang masih dijaga ini bernama Asrah Batin. Bahkan peringatannya rutin digelar setiap dua tahun sekali. Ada kisah menarik dibalik asal usul pantangan antara desa tersebut.

Seperti dilansir dari Grid.ID (25/9/2019) warga Desa Karanglangu, Kecamatan Kedungjati, Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah, dan Desa Ngombak, Kecamatan Kedungjati, Grobogan inilah yang masih memegang teguh amanat leluhurnya yang melarang saling jatuh cinta apalagi sampai menikah.

Konon menurut sejarah yang sudah turun temurun kedua desa ini memiliki historis saling berkaitan sekaligus sebagai dasar pantangan untuk tetap terjaga dan tidak dilanggar.

Desa Karanglangu dan Desa Ngombak mengaplikasikannya setiap dua tahun sekali rutin menggelar adat Tradisi Asrah Batin. Tradisi ini sekaligus mengingatkan dan mengenalkan kepada generasi-generasi mudanya sehingga dari masa ke masa tetap lestari.

Kedua desa tersebut saling berkaitan bahkan dapat dikatakan punya hubungan saudara. Hal itu menilik dari kisah yang dipercaya masyarakatnya tentang asal usul keduanya.

Konon, ada dua anak raja bernama Raden Sutejo dan Roro Musia atau disebut juga dengan nama Kedhana dan Kedhini yang diyakini sebagai leluhur berdirinya desa Karanglangu dan desa Ngombak. Pada jaman itu Kedhana dan Kedhini itu terpisah semenjak masih kecil. Keduanya mengembara masuk hutan keluar hutan, menyeberangi sungai naik gunung turun gunung sampai pada satu tempat Kendhana berhenti dan menetap. Dan tempat itulah diberi nama Karanglangu.

Sementara adiknya Kendhini juga menetap disatu tempat yang diberi nama Desa Ngombak. Seiring berjalannya waktu kedua kakak beradik itu tumbuh dewasa menjadi pemuda gagah dan ganteng begitu pula Kendhini tumbuh menjadi gadis yang cantik.

Kemudian takdir mempertemukan keduanya dan saling jatuh cinta bahkan berniat untuk menikah. Suatu ketika saling bercerita asal usul dan masa lalunya dan kagetlah kedua insan dewasa itu karena memiliki kisah yang sama yang ternyata keduanya menyadari sebagai kakak dan adik. Untunglah pernikahan itu belum sampai terjadi.

Dari kisah sejarah kedua desa yang masih kuat dipertahankan itu melarang warganya saling jatuh cinta dan menikah dan selalu diperingati dua tahun sekali dengan nama adat Asrah Batin.

Kepala Desa Ngombak, Kartini, menyampaikan, tradisi Asrah Batin ini dilaksanakan turun temurun pada Minggu Kliwon untuk mengenang Kendhana dan Kendhini.

"Asrah Batin" sendiri merupakan kata lain dari "Pasrah Batin", dengan kata lain berusaha ikhlas dengan apapun kenyataan yang terjadi.

Pasrah Batin juga pengejawantahan dari rasa syukur kepada Yang Maha Kuasa telah mencegah pernikahan sedarah. Sesuai momen saat itu Kendhana diiringi warga Desa Karanglangu mengantarkannya melamar Kendhini di Desa Ngombak.

"Rencananya rombongan Desa Karanglangu hendak mengantar Kedhana melamar Kedhini di Desa Ngombak. Namun nasib berkata lain, prosesi pernikahan gagal dan diganti menjadi hajatan syukuran karena ternyata Kedhana dan Kedhini adalah saudara kandung yang lama terpisah. Bentuk syukur kepada Tuhan yang telah membuka tabir. Momen sedih dan bahagia bercampur menjadi satu," cerita Kartini kepada Grid.ID (25/9/2019).

Dalam peringatan adatnya pun dilakukan menyerupai peristiwa tersebut. Warga Karanglangu menyeberangi Sungai Tuntang selebar 15 meter menuju perkampungan Desa Ngombak, Kecamatan Kedungjati, Grobogan.

Warga Desa Ngombak akan menyambut kedatangan warga Desa Karanglangu dengan dilayani istimewa. Warga Desa Ngombak menyuguhinya dengan beragam hiburan kesenian serta suguhan hidangan khas Jawa yang beraneka ragam.

Dalam tradisi ini, Kepala Desa Karanglangu dan perangkat nya dijemput oleh pihak Desa Ngombak menggunakan rakit yang dihias sedemikian rupa.

Adapun warga Desa Karanglangu, baik tua maupun muda, menyeberangi sungai dengan berjalan kaki secara hati-hati dengan dibantu pengawalan warga Desa Ngombak.

Acara digelar sejak pagi hingga siang hari. Momentum ini menjadi daya tarik masyarakat desa lain untuk datang dan menyaksikannya dengan berkerumun di jembatan dan sepanjang bibir sungai.

Ribuan warga Desa Karanglangu menyeberangi Sungai Tuntang menuju Desa Ngombak, Kecamatan Kedungjati, Grobogan, Jawa Tengah, dalam tradisi Asrah Batin, Minggu (29/7/2018). Dalam tradisi yang sarat makna toleransi ini, warga Desa Karanglangu melintasi sungai berarus deras sedalam 70 sentimeter menuju Desa Ngombak untuk menjalin keakraban antara dua desa yang terpisah dengan bentangan sungai.(KOMPAS.com)
Nampak suasana kekaraban antara dua desa yang terpisah dengan bentangan sungai tuntang insangat terasa kental.

"Tradisi Asrah Batin merupakan peninggalan budaya Kabupaten Grobogan yang sarat akan makna toleransi. Tradisi ini patut dilestarikan sebagai penanda bahwa warga Grobogan adalah orang-orang yang berbudi luhur", ucap Bupati Grobogan Sri Sumarni, dilansir dari laman Kompas.com.

Warga kedua desa percaya jika melanggar pantangan itu akan ada musibah. Seperti terdahulu pernah ada yang melanggar dan meninggal dunia. Setelah peristiwa tersebut hingga sampai saat ini tak pernah lagi dilanggar.

Sebuah kearifan lokal yang seyogyanya memang harus terus dijaga dan dilestarikan turun temurun agar tak terputus sejarahnya. 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar