Jumat, 24 Januari 2020
Mengenal Ritual Mandi Penghilang Sedih Ketika Ada Keluarga Meninggal
Liputan6.com, Gorontalo - Mandi bersama atau dalam istilah daerah Gorontalo Mutimualo, tradisi Gorontalo yang sudah dipercaya sejak lama. Konon ritual ini dilakukan jika salah satu anggota keluarga masyarakat Gorontalo ada yang meninggal dunia dan menimbulkan kesedihan mendalam, dalam situasi seperti itu, keluarga Gorontalo biasanya segera menyelenggarakan tradisi Mutimualo.
Prosesi ritual tersebut itu dilakukan tepat tujuh hari sejak meninggalnya anggota keluarga yang bersangkutan. Seluruh anggota keluarga yang ditinggalkan mandi bersama di sungai.
Tidak sembarang mandi, acara itu harus dilakukan pemangku adat dan satu demi satu anggota keluarga mendapat percikan air dari sang pemuka adat.
Seluruh anggota keluarga berjalan bersama meninggalkan rumah menuju sungai yang menjadi lokasi prosesi ritual. Saat keluar rumah, mereka harus lewat pintu depan dan saat kembali dari prosesi harus masuk lewat pintu belakang.
Ada kepercayaan tersendiri terkait dengan prosesi mandi ini, sebagaian besar orang mempercayai bahawa prosesi mandi ini bisa menghilangkan kesedihan keluarga yang di tinggalkan mandi, selain itu akan membuat keluarga berduka menjadi sehat, badan terasa segar hingga akhirnya pikiran menjadi segar dan kesedihan pun terhapuskan.
"Kami percaya, bahwa kesedihan akibat kehilangan anggota keluarga bisa larut dalam air yang disiramkan saat kami mendi," ungkap Rostin Tanif salah satu Pemangku adat.
Ia menambahakan, ritual ini masih sebagian besar dilaksanakan oleh masyarakat Gorontalo, ritual ini sebagai bentuk keikhlasan pihak keluarga yang ditinggalakan oleh anggota keluarga.
"Karena ketika ritual ini tidak dilakukan, maka selama itu pula pihak keluarga akan dihantui rasa sedih yang tidak akan pernah ada habisanya, keluarga yang meninggal itu akan selalu terbayang setiap saat," tambahnya.
Tidak hanya itu, sebelumnya melaksanakan ritual tersebut, pihak keluarga harus menyediakan tiga butir kelapa yang belum dikupas. Ketiga butir kelapa itu diikat untuk kemudian dijadikan tempat duduk bagi suami atau istri yang ditinggalkan sang mendiang. Anggota keluarga lainnya menyediakan daun puring, sisiru (tapis beras), parang, serta sebutir kelapa yang telah dikupas.
Selain itu ditengah prosesi mandi bersama itu, baju anggota keluarga yang sudah meninggal dihanyutkan. Baju-baju tersebut disertakan pada benda-benda lain yang sudah disiapkan untuk dihanyutkan.(Arfandi Ibrahim)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar