Jumat, 24 Januari 2020

Suro Dalam Tradisi Jawa


Suro Dalam Tradisi Jawa

CARA ORANG JAWA MENGHORMATI SAYYIDINA HUSEIN
=================================

Ada seseorang cucu bertanya: "Mbah, kenapa dlm budaya Jawa pada bulan Suro (Muharram) gak boleh mengadakan pesta hajatan.!? Apakah gara² Nyai Roro Kidul setiap bulan Suro mantu.!?" (hajatan kemanten)

Bukan,, bukan gara² itu nak..
Orang Jawa itu unik dan punya tradisi/budaya dlm setiap menghormati sebuah peristiwa. Jadi gak ada kaitannya dgn Nyi Roro Kidul atau Ratu Pantai Selatan di pulau Jawa..
Pada jaman kerajaan Singosari, dan Majapahit masih belum ada kepercayaan adanya Nyi Roro Kidul/Ratu Pantai Selatan. Tapi munculnya Kisah tersebut pada jaman kerajaan Islam Mataram. Jadi sama sekali gak ada kaitannya tentang pelarangan membuat pesta hajatan pernikahan dgn Nyi Roro Kidul/Ratu Pantai Selatan.”

Kwmudian cucu tsb bertanya lagi: "Trus, apa alasannya mbah, kok org² Jawa itu gak mau mengadakan Hajatan Pernikahan dlm bulan Suro/Muharrom mbah.!?"

Begini nak,, Ong Jawa itu sangat menghormati Kanjeng Nabi saw dan keluarganya. Pada tgl 10 Muharrom cucu Kanjeng Nabi Saw yg bernama Sayyidina Husein (orang Jawa menyebutnya Kusen), dibantai dan disembelih di tanah Karbala..
Kemudiam kepala Cucu Kanjeng Nabi saw tsb ditancapkan ke tombak dan diarak dari Karbala menuju Kufah kemudian diarak lagi menuju istana Yazid bin Muawiyyah..
Sisa-sisa keluarga Kanjeng Nabi saw yg selamat tsb membuat tradisi menganjurkan setiap bulan Muharrom dijadikan bulan duka cita, sehingga mereka tdk mengadakan pesta hajatan, dalam rangka mengenang tragedi kematian leluhurnya Sayidina Husein dan keluarganya..
Tradisi tsb dibawa oleh para penyebar agama Islam ke pulau Jawa yg kebanyakan masih keturunan Kanjeng Nabi Saw, dan tradisi tsb diterima dan dikembangkan dgn pemahaman org Jawa yaitu dgn membuat simbol dgn Bubur Suro. Adapun warna putih melambangkan Sayyidina Hasan dan merah melambangkan Sayyidina Husain sebagai simbol ntk mengenang cucu Kanjeng Nabi saw..

Cucu tsb berkata: "Ternyata begitu asal usulnya ya mbah.?? Trus apa kaitannya dlm bulan Suro/Muharrom ini org Jawa dianjurkan laku prihatin dan mencuci keris dan pusaka lainnya yg dimiliki mbah.!?"

Begini nak,, Org Jawa itu sangat arif dan bijaksana.. Stiap tradisi pasti ada maksud dan tujuannya.
Kenapa dianjurkan laku prihatin dlm bulan Suro.!? Agar kita paham bhwa dlm bulan Suro itu keluarga Kanjeng Nabi saw menderita, Sayyidina Husein dipenggal kepalanya, sedangkan rombongan wanitanya diarak, dilempari, diludahi, dicaci dan dihina. Mulai dari tanah Karbala menuju kantor Gubenur di Kufah Irak, lalu menuju ke Istana Yazid di Syam.
Jadi bulan Muharrom itu bulan duka citanya keluarga Kanjeng Nabi Saw. Dan sbgai bentuk penghormatan, biasanya org Jawa itu emoh/gak mau membuat pesta hajatan di bulan Suro ini ntk menghargai dan menghormati keluarga Kanjeng Nabi Saw..

Adapun tradisi mencuci keris dan pusaka lainnya, itu juga sama mempunyai simbol, makna dan pesan bhwa seakan-akan persiapan mau perang melawan musuh..
Hal ini agar kita ingat dgn peristiwa Sayyidina Husein dan beberapa sahabat dan kerabatnya yg masih anak-anak dgn gigihnya melawan musuh-musuhnya, sehingga mereka semuanya terbunuh menjadi Syahid di Karbala.

Itulah cara org Jawa menghormati Sayyidina Husein. Org Jawa itu gak paham apa itu Sunni apa itu Syi’ah. Yang dipikir org Jawa adlah kok ada org yg mengaku Islam, pengikut Kanjeng Nabi Muhammad Saw, tapi justru anak keturunan Nabinya dibantai dan dihinakan.

Andaikata Sayyidina Husein dulu hidupnya di Jawa, maka org Jawa akan memuliakan dan menghormatinya. Oleh krn itu stiap bulan Suro/Muharrom, org Jawa membuat Jenang Kasan dan Kusen (Hasan dan Husein)..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar