Jumat, 24 Januari 2020

Mengenal Batik Sebagai Identitas Bangsa Indonesia

Batik merupakan salah satu warisan budaya yang menjadi kebanggaan masyarakat Indonesia yang berasal dari Pulau Jawa. Telah satu dekade Hari Batik Nasional diperingati setiap tanggal 2 Oktober. Setelah sebelumnya sempat diklaim oleh Malaysia, Hari Batik Nasional baru ditetapkan pada tahun 2009 silam oleh UNESCO sebagai warisan budaya milik Indonesia dalam kategori Intangible Cultural Heritage of Humanity atau Warisan Kebudayaan Manusia Kategori Non-Benda. 

Keputusan UNESCO terhadap batik dilatarbelakangi bahwa batik Indonesia terkait erat banyak simbol yang bertautan dengan status sosial, kebudayaan lokal, alam, dan sejarah itu sendiri. Pada mulanya batik hanya dikenal sebagai pakaian raja, keluarga kerajaan, dan para pekerja di dalam kerajaan. Namun, akibat banyaknya pekerja di kerajaan tinggal di luar keraton, maka dengan seringnya mereka membawa pekerjaan membatik ke luar kerajaan membuat masyarakat meniru membuat batik. 

Salah satu jenis batik yang ingin kami telusuri lebih jauh adalah batik tulis. Sejak dahulu kala, batik tulis merupakan kerajinan tangan yang bernilai seni tinggi dan dianggap sebagai keterampilan wanita Jawa yang istimewa, sebelum ditemukannya batik cap yang memberi kesempatan kepada para pria untuk mencoba berkiprah di bidang batik tulis. 

Tradisi membuat batik tulis pada awalnya merupakan tradisi dari nenek moyang yang kemudian dilanjutkan secara turun menurun. Corak batik tulis sendiri memiliki corak khusus yang menggambarkan batik tulis keluarga tertentu. Beberapa corak batik tulis dapat mewakili kasta seseorang. Bahkan hingga sekarang, beberapa corak atau motif batik tulis tradisional hanya boleh dipakai oleh keluarga kerajaan Keraton Yogyakarta dan Surakarta.

Mirisnya, meskipun batik telah mendapat pengakuan dunia sebagai warisan budaya, masyarakat Indonesia kurang menaruh empati terhadap kulturnya sendiri. Generasi muda memiliki persepsi bahwa batik merupakan budaya Indonesia yang ‘ketinggalan zaman’ di tengah era modernisasi. Mereka melewatkan fakta bahwa batik mampu bertahan sebagai identitas bangsa Indonesia sejak zaman Kerajaan Majapahit karena mereka sanggup beradaptasi dengan pengaruh asing yang masuk. Sebagai contoh, pada zaman penjajahan Hindia Belanda turut mengambil minat terhadap batik tulis dan perpaduan budaya ini menghasilkan corak bunga tulip yang sebelumnya tidak dikenal dan warna favorit mereka, biru. Rendahnya minat dan kesadaran masyarakat untuk mengapresiasi dan membanggakan batik mendorong kami untuk melaksanakan kegiatan ini dengan harapan mampu membawa batik lebih diakui, baik di dalam negara maupun kancah internasional. 

Namun, bagaimana caranya agar batik dapat digunakan dalam kehidupan masing-masing? Bagaiman pendapat anda? 

Untuk pendapat saya pribadi, saat ini sangat banyak model baju yang beredar di masyarakat. Baik berbentuk dress, kemeja, bahkan kaos pun ada yang bermotif batik. Seperti misalnya, membuat atau menjahit kain batik sasak berwarna hitam silver dapat dipadukan dengan kain lengan berwarna hitam polos sehingga modelnya tidak melulu batik terus. Jadi, batik pun dapat dikembangkan menjadi kemeja sehari-hari. Bagaimana menurut anda?


Tidak ada komentar:

Posting Komentar