Hujan Merupakan Sebuah Sisi Penting Bagi Sebagian daerah, khususnya Indonesia. mata Pencaharian masyarakat indonesia masih begitu bergantung pada hasil bumi tak ayal hujan merupakan titik nadi dan penentu hasil panen mereka. banyak hal yang di lakukan oleh nenek moyang dan leluhur kita untuk memanggil sang hujan ini , melaui upacara, nyanyian, tarian, musik bahkan sesembahan tertentu. Indonesia memiliki begitu banyak kultur yang tersebar di masing masing daerah. kearifan lokal yang tersebar merata membuat tiap daerah memiliki keunikan sendiri dalam melaksanakan prosesi pemanggilan hujan ini.
Madura Merupakan Sebuah suku yang ada di indonesia, kehidupannya tersebar di pulau madura serta di sekitar pulau jawa, lebih fokusnya di sekitar jawa timur. Suku madura mendiami daerahnya dengan memiliki bahasa tersendiri, yaitu bahasa madura , kulturnya yang tegas menjadi karakter yang khas. suku madura juga memiliki mata pencaharian sebagai petani untuk kemudian menjual hasil buminya. berbicara tentang ritual pemanggilan hujan kembali, di madura memiliki tradisi bernama ojhung. Ojhung adalah pertunjukkan 2 orang yang di adu saling pukul menggunakan rotan, mereka percaya bahwa kucuran darah dan rintihan merupakan sebuah ” pertukaran ” untuk sang hujan datang. tak hanya di madura sentris yang terletak di pulau madura, di beberapa daerah seperti Keresidenan besuki yang meliputi , Bondowoso ,Jember , situbondo, Probolinggo, Lumajang Prosesi ini mempertahankan kultur budaya ini.
Simak Beberapa foto dan fakta tentang Ojhung Ini.
1. Ojhung di laksanakan ketika Kemarau
2 Orang bersenjatakan Rotan , saling serang dengan di iringi sorak sorai penonton dan musik yang hingar. Kontur tanah yang keras serta debu yang beterbangan menjadi arena tanding yang begitu menegangkan, diantara jeritan peserta dan penonton terlalntun doa doa dari para pengharap hujan.
2. Ojhung dianggap Olahraga Ekstrim Khas Madura
Ojhung tentang Sebuah Strategi, dan juga di ambil sebuah pemenang atas pertandingan tersebut, tak jarang pesertanya mencapai puluhan pasang, masyarakat begitu bersemangat meski kadang cedera bahkan luka parah atau kejadian fatal lainnya. bagaimana tidak, kecepatan pukul sebuah rotan bila mengenai suatu daerah begitu menyakitkan dan tak reda begitu saja efeknya. kucuran darah sudah menjadi pemandangan umum bila datang menyaksikan pertunjukan ini. sistem dari permainan atau olahraga ini adalah, Mengenai bagian badan tertentu, mendapatkan poin, bila meleset tak mendapatkan poin.
FYI : Setiap peserta memiliki jatah 3 x serang. bila 1 peserta menjadi seorang penyerang maka peserta satunya menjadi sisi pertahanan.
3. Rotan Adalah Senjata Mematikan
“terkena rotan”
rotan memiliki kelenturan tertentu, tak jarang ketika ksatria ojhung bertanding tak mampu menahan laju rotan, rotan tetap saja mengenai bagian tubuh dengan laju yang menyakitkan. Rotan memang lentur, namun begitu keras dan ulet, tak jarang banyak masyarakat menjadikan Rotan sebagai tali atau perabotan furniture yang tahan lama. di jawa timur begitu banyak komoditas rotan ini. jangan sampai kamu terkena sabetan rotan yan gan..
permainan ini memiliki sistem 1 kali pukul dan 1 kali block. pemain mengenai bagian tubuh lawan seperti tangan,dada,atau kaki mendapatkan point 1.
setiap ksatria yang menang, berikutnya akan di adu dengan ksatria yang lain yang menang.
sebuah taktik matang di pikirkan oleh masing masing ksatria ojhung, setiap ksatria harus memahami sebuah tekhnik pukul dan menahan serangan.
“sigap”
kejadian menyerang lawan terjadi dalam waktu sepersekian detik,indra dari masing masing ksatria meningkat secara tajam, mereka waspada akan seseuatu hal yang akan terjadi
“di antara serangan”
ketika serangan di mulai, saat waktu terbelah, penonton menyaksikan dengan seksama kejadian tersebut, juri dengan begitu tajam melihat area. sang ksatria menyerang dengan teriakan penonton seraya menghujamkan tenaga besar lewat rotan. sementara sang ksatria yang mendapatkan bagian untuk memblock serangan lawan berfikir ribuan cara untuk terhindar atau setidaknya rotan yang menyaktikan itu tak mengenai muka atau bagian lainnya
” terjembab ”
tentu saja gravitasi menjadi hal yang tak dapat di prediksi, di antara derap nafas penonton dan serangan cepat ksatria, tak jarang untuk menghindar sang ksatria kehilangan keseimbangan atas dirinya.
Begitu Kerasnya Kultur Budaya Madura, tapi tenang saja gan meski begitu persaudaraan di madura begitu kuat dan solid. permainan keras dan ekstrim hanya di arena pertandingan saja. selepas itu semuanya kembali dalam lingkup masyarakat dan tak kalah pentingnya mereka melakukan itu untuk satu niatan, Sang Hujan datang dan kita Sejahtera bersama di Bumi ini..
sumber : https://terangkata.com/2020/01/09/ojhung-ritual-pemanggilan-hujan-dari-kultur-madura/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar